basmallah

sebelum membaca blog ini baca dulu basmallah

Jumat, 18 Maret 2011

Subhanallah! Penulis Yahudi Terkemuka Masuk Islam


Posthamba tuhan on Sat Dec 18, 2010 2:11 pm
Penulis Yahudi terkemuka berkebangsaan Jerman, Henryk Broder mengumumkan masuk Islam, setelah serangkaian panjang tulisan-tulisannya yang sangat memusuhi Islam dan kaum Muslim.

Surat kabar “Palestina Online” menyebutkan bahwa Henryk Broder adalah seorang veteran jurnalis majalah yang begitu populer Jerman, Der Spiegel, serta penulis buku best seller di Jerman pada tahun 2007, berjudul “Hei Eropa …. Anda menyerah”. Sehingga ia dianugerahi sebagai penulis terbaik jerman pada tahun itu.

Diantara perkataannya yang terkenal sebelum ia masuk Islam: “Saya tidak ingin Eropa menyerah kepada kaum Muslim”. Paekataan itu disampaikan ketika Menteri Kehakiman Jerman mengatakan bahwa “Bisa saja syariat Islam adalah dasar perundang-undangan…. Eropa harus menerima kenyataan ini. Islam menjadi ideologi yang terkait dengan permusuhan terhadap gaya hidup modern Barat. Saya menyarankan kaum muda Eropa agar bermigrasi. Eropa sekarang tidak akan tetap seperti ini setelah lebih dari dua puluh tahun…. Eropa akan beralih ke Islam secara demografis…. Kami memberikan persetujuan secara aneh dalam menanggapi tindakan kelompok fundamentalis Islam.”

Henryk Broder (61 tahun) pada saat mengumumkan bahwa dirinya masuk Islam berteriak dengan keras, untuk menegaskan keyakinannya, “Ayo dengarkan bahwa saya benar-benar telah masuk Islam!”

Broder mengumumkan masuk Islam setelah mengalami konflik internal yang begitu mengganggu dalam dirinya selama bertahun-tahun. Pengumuman itu dilakukan dalam sebuah diskusi dengan imam masjid Ridha di Nyukuln. Di mana ia menjelaskan bahwa akhirnya ia a merasa lega dapat menyingkirkan penindasan kebenaran yang dilakukannya terhadap anggota badannya.

Kembali Pada Agama Fitrah

Dalam mengomentari pertanyaan tentang mengapa ia meningalkan agamanya (Yahudi), maka Broder berkata bahwa ia tidak meninggalkan agama melainkan kembali kepada Islam, yaitu kepada agama fitrah yang dibawa setiap manusia sejak lahir.

Penulis Jerman ini mengucapkan dua kalimat syahadat di depan dua orang saksi, dan kemudian mengubah namanya menjadi Henry Muhammad Broder. Setelah itu ia berkata dengan bangga: “Aku sekarang menjadi anggota dari sebuah umat yang berjumlah 1,3 juta orang di dunia, yang dihina terus-menerus, dan mereka pun bereaksi atas penghinaan itu. Sungguh aku senang bisa kembali ke rumah di mana aku dilahirkan.”

Masuk Islamnya sang penulis, yang sebelumnya selalu menyerang akidah Islam dan perbuatan kaum Muslim dalam menjalankan agamanya ini disambut kaum Muslim. Sebab ia yang telah meneriman penghargaan sastra ini akan menolak memberikan legalitas terhadap para pembela pola pikir anti-semitisme di antara orang-orang Yahudi sendiri (almokhtsar.com, 20/7/2010).

Berita Terbaru Islam

WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Pada tahun 2006, Kardinal George Pell dari Australia menyampaikan pidato di dalam rapat Legatus, asosiasi keanggotaan pemilik usaha Katolik Amerika, dengan tema Islam dan tantangannya bagi Gereja Kristen dan dunia. Pasca serangan 11 September, Kardinal Pell merasakan perlunya untuk mengetahui lebih banyak tentang Islam. Sampai saat itu, pemerintah mengklaim bahwa Islam adalah agama yang damai dan bahwa serangan teroris itu adalah sebuah penyimpangan. Namun, Kardinal Pell mengatakan bahwa beberapa orang yang dia temui, yang pernah tinggal di Pakistan dan menderita di sana, mengklaim bahwa Al-Qur'an melegimitasi pembunuhan atas non-Muslim.
Bisakah Islam dan demokrasi Barat hidup berdampingan dengan damai? Bagaimana dengan minoritas Islam di negara-negara Barat? Pandangan terhadap pertanyaan ini beragam mulai dari optimisme naif sampai pesimisme tergelap. Mereka yang berada pada sisi optimis menyambut jaminan dari spesialis bahwa jihad adalah soal perjuangan spiritual dan perpanjangan dari konsep ini menjadi terorisme adalah sebuah penyimpangan dari ajaran Al-Qur'an.
Mereka menekankan pemahaman Islam sebagai agama yang damai. Mereka menunjuk pada akar Islam yang sama dengan Yahudi dan Kristen dan penyembahan ketiga agama monoteistik itu pada satu Tuhan. Kaum optimis juga menekankan pencapaian budaya dari Islam di Abad Pertengahan dan toleransi terhadap kaum Yahudi dan Kristen di masa kekuasaan Muslim. Beberapa membantah atau meminimalisir Islam sebagai sumber terorisme, atau masalah yang secara umum menimpa negara-negara Muslim.
Indonesia dan Turki dipandang sebagai contoh sukses demokratisasi di masyarakat Muslim dan keberhasilan negara-negara seperti Australia dan AS sebagai "melting pot" (tempat bercampur), menciptakan masyarakat yang stabil dan berhasil sembari menyerap orang-orang dari berbagai budaya dan agama, seringkali dinyatakan sebagai alasan untuk rasa percaya dan percaya diri dalam populasi Muslim di Barat.
Di sisi pesimis, kekhawatiran dimulai dari Al-Qur'an itu sendiri. Dari apa yang dia baca sendiri, Kardinal mulai mencatat seruan untuk kekerasan. Kardinal mengatakan bahwa Al-Qur'an yang ditulis di masa 13 tahun Muhammad berada di Makkah tidak sama dengan  Al-Qur'an yang ditulis setelah dia pindah ke Madinah.
Al-Qur'an yang ditulis di Makkah ditulis ketika Nabi Muhammad tidak memiliki kekuatan militer dan masih berharap untuk memenangkan dukungan orang-orang, termasuk Yahudi  dan Kristen, untuk penobatannya melalui ceramah dan kegiatan agama, ujar Kardinal.
"Setelah pindah ke Madinah, Muhammad membentuk aliansi dengan dua suku Yaman dan penyebaran Islam melalui penaklukan dan koersi pun dimulai. Surat-surat Al-Qur'an yang ditulis dalam periode Madinah mencerminkan perubahan itu dan sering dipegang untuk membatalkan surat dari periode Makkah," ujarnya.